“Tuhan memang satu, kita yang tak sama”.
Kalimat ini sederhana dan kedengarannya manis di telinga, tapi aslinya menyimpan banyak cerita dari manusia termasuk kami, kami yang harus menerima kenyataan “mengapa harus keyakinan memisah cinta kita?”.
Cerita ini memang tentang cinta, tentang sepasang manusia yang cintanya terhalang tembok bernama agama. Cinta, cinta memang tak pernah salah. Cinta bisa tumbuh kapan saja, di mana saja, dan ke siapa aja termasuk jatuh cinta sma kamu. Cinta, sering datang lebih dulu tanpa mengetuk pintu hingga tiba-tiba datang dan seketika membuat bahagia dan lupa. Lupa, iya lupa akan ada keadaan dan batas yang seringkali membuat cinta menjadi salah, bisa salah waktu, bisa juga salah keadaan. Cinta beda agama mungkin sebuah “cinta salah keadaan”.
Dan menurutku-menurutmu-menurut kami, lagu-lagu tentang cinta beda agama jauh lebih galau maximal dibanding lagu cinta lainnya.
Saat jatuh cinta manusia akan menunjukkan dirinya sebagai makhluk yang egois termasuk dalam memaksakan keadaan. Padahal cinta, pada akhirnya setiap manusia hanya menjalankan suratan Tuhan. Cinta beda agama. Agama batas itu terlalu kuat untuk manusia kalahkan, terlalu jauh dari jangkauan kami. Perbedaan memang indah, karena beda kami jadi kuat. Tapi karena beda agama, cerita cinta pun sering harus berakhir parah meski sudah dijalani dengan indah.
Tembok yang bernama keyakinan ini begitu tinggi, menjulang tanpa ada celah diantaranya untuk bisa menyatukan. Akan indah akhirnya bila sang tembok tersebut sirna. Sirna karena suatu saat nanti jika kamu bersedia pindah agama ke agamaku. Kesannya egois memang memaksakan kehendak untuk sama keyakinan denganku. Bila akhirnya kami tidak bisa bersama karena tembok itu biarlah ini akan menjadi cerita indah diantara kami untuk dikenang.
Komentar